MEDIA MASSA SEBAGAI PENYALUR SENSUALITAS

.

Sistem Komunikasi sangat erat kaitannya dengan Sosial Budaya yang merupakan cerminan kehidupan masyarakat dalam keseharian. Banyak fenomena komunikasi yang setelah ditelusuri, selalu saja ada keterkaitan terhadap latar belakang budaya. Manusia sebagai pelaku budaya memiliki realitas psikis yang dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaannya yang tercermin dari ekspresi sikap dan tingkah lakunya. Suatu kebudayaan baik dalam bentuk material maupun nilai dimiliki oleh suatu komunitas sosial tertentu yang memberikan ciri identitas kepadanya, sehingga individu yang berada dalam komunitas sosial tersebut memiliki identitas yang seragam walaupun mungkin intensitasnya berbeda-beda. Keadaan inilah yang pada gilirannya akan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan timbul keserasian bahkan dapat pula menciptakan stabilitas.

Perbedaan latar belakang kultur memang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan. Dalam proses komunikasi, objek yang menghubungkan pihak yang berkomunikasi adalah pesan. Penafsiran terhadap pesan dapat berbeda-beda. Oleh sebab itu diperlukan suatu pola tertentu agar dapat membentuk suatu gambaran yang sama terhadap suatu objek. Realitas sosial yang mempunyai sistem dan tata nilai yang jelas merupakan salah satu tujuan kegiatan komunikasi sesuai dengan pandangan hidup yang mendasari filsafat suatu bangsa. Hal ini baru akan terjadi bila proses komunikasi yang terjadi memenuhi beberapa unsur untuk sampai kepada realitas sosial tertentu.
Perkembangan dunia industri dan teknologi komunikasi dewasa ini, khususnya dalam komunikasi massa memiliki implikasi khusus dalam menciptakan masyarakat yang peka terhadap informasi. Bahkan dengan munculnya media-media baru, banyak budaya luar yang masuk ke Indonesia tanpa mengalami filterasi terlebih dahulu. Misalnya saja fenomena media cetak Indonesia yang semakin hari semakin bebas berekspresi yang tak luput dari sentuhan-sentuhan sensualitas bahkan secara ekstrim mungkin telah mengarah pada pornografi.

Hal ini tentu saja bertentangan dengan latar belakang budaya. Pers bebas di Indonesia sedikit banyak berpotensi untuk menggeser norma-norma ketimuran Indonesia yang identik dengan sopan-santun budaya. Oleh karena itu, fenomena keterlibatan media massa di Indonesia perlu ditelaah dan diputuskan solusinya agar tidak melanggar norma-norma agama dan budaya bangsa demi terbentuknya Sistem Komunikasi Indonesia yang baik.

0 comments

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :w: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :x: :y: :z: :aa: :bb: :cc: :dd: :ee: :ff: :gg: :hh: :ii: :jj: :kk: :ll: :mm:

Posting Komentar